Tata cara pesan
Maag adalah radang lambung seperti dinding lambung yang rusak karena produksi asam lambung tinggi danberlebihan.
Dalam bahasa medis, Maag dapat disebut sebagai gastritis.
Jenisnya dibagi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronis. Keduanya dipicu oleh sebab yang berbeda.
KENAPA SIH MAAG BISA MUNCUL?
Lambung selalu menghasilkan asam lambung untuk mencerna makanan yang masuk.
Seharusnya maag sangat susah muncul karena lambung kita telah memiliki sistem perlindungan yang luar biasa, yaitu:
- Cairan yang ber-pH basa (≥ 7.0) untuk menahan asam lambung mengenai dinding lambung. Cairan ini meliputi seluruh dinding lambung.
- Kemampuan regenerasi sel dinding lambung yang cepat setiap ada kerusakan akibat terkena asam lambung.
- Keseimbangan aktivitas bakteri di lambung yang menjaga serangan mikroorganisme asing lainnya menyerang dan menjaga sistem imun lambung tetap optimal.
Selama faktor pelindung masing bisa menyeimbangi faktor perusak seperti gambar dibawah ini, gejala maag tidak akan muncul.
Baca juga: 6 Cara Gampang Mengatasi Maag
FAKTOR YANG MERUSAK LAMBUNG SEHINGGA KENA MAAG
Saat faktor perusak lebih berat daripada faktor pelindung, gejala maag dapat muncul seketika seperti:
- Saat masuk makanan yang susah dicerna, lambung akan memproduksi asam lambung lebih banyak sehingga dapat menekan cairan pelindung hingga membuat asam lambung dapat menembus dan akhirnya mengikis dinding lambung.
- Saat ada kafein atau obat-obat penekan peradangan masuk, salah satu efek sampingnya adalah meningkatkan produksi asam lambung sehingga bisa membuat asam lambung lebih banyak dan dapat menembus cairan pelindung.
- Saat ada aktivitas bakteri atau mikroorganisme lainnya yang terlalu berlebihan, bakteri tersebut dapat merusak sel yang memproduksi cairan pelindung sehingga asam lambung dapat dengan mudah mengikis lapisan lambung.
Intinya saat ada kondisi yang membuat faktor perusak lebih banyak dibandingkan faktor pelindung atau ada kondisi yang merusak faktor pelindung maka gejala maag dapat muncul.
Baca juga: Gejala Penyakit Asam Lambung, Apa Saja Penyebabnya?
YANG MEMICU LAMBUNG SEMAKIN RUSAK?
Banyak hal yang biasa dilakukan setiap hari dapat memperberat faktor perusak, antara lain:
1. Sering konsumsi makanan yang pedas, asam, atau berminyak
Merusak cairan pelindung lambung dan mengiritasi sel yang memproduksi cairan pelindung sehingga menurunkan produksi cairan pelindung dan memudahkan asam lambung merusak dinding lambung.
2. Sering konsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula atau karbohidrat
Membuat aktivitas bakteri berlebihan, produksi asam lambung tinggi, dan menurunkan kemampuan regenerasi sel.
3. Jadwal makan setiap hari selalu berbeda-beda
Jam internal tubuh untuk produksi asam lambung jadi ikut berantakan.
4. Sering konsumsi kopi, teh, soda, atau alkohol
Meningkat produksi asam lambung semakin banyak.
5. Sering begadang dan jadwal tidur selalu berubah
Membuat kemampuan penyembuhan sel lambung menurun.
6. Sedikit atau jarang konsumsi sayur dan buah
Membuat aktivitas bakteri dan sistem imun berantakan, serta menurunkan kemampuan regenerasi sel.
7. Kondisi stress yang berkepanjangan atau sering muncul
Meningkatkan produksi asam lambung dan membuat reaksi peradangan berlebihan.
Baca juga: 6 Akibat Anggap Remeh Maag
2 JENIS MAAG YANG PERLU KAMU TAU
Selain hal-hal diatas, masih ada lagi yang dapat memicu faktor perusak meningkat dan secara medis diklasifikasikan menjadi:
- Gastritis Akut: kondisi maag yang paling sering muncul dan berlangsung sebentar, sekitar tidak lebih dari 2 minggu, tetapi bisa kambuh lagi.
- Gastritis Kronik: kondisi maag yang berlangsung lebih dari 2 minggu dan dibedakan lagi menjadi 3 jenis tergantung dari penyebabnya.
1. Gastritis Akut
Gastritis atau Maag Akut merupakan maag yang paling umum terjadi dan paling sering diakibatkan oleh terganggunya produksi lapisan pelindung dan tingginya produksi asam lambung.
Obat-obatan anti nyeri atau antibiotik mempunyai efek samping yang mengganggu produksi lapisan pelindung sehingga memudahkan terjadi pengikisan dinding lambung oleh asam lambung.
Makanan dan Minuman juga dapat ikut serta dalam proses ini, seperti minuman beralkohol sangat mengganggu produksi lapisan pelindung sehingga lebih memudahkan terjadinya proses pengikisan dan peradangan di lambung.
2. Gastritis Kronik
Gastritis atau Maag Kronik dibagi menjadi 3 Tipe, Tipe A, B, dan C.
Tipe A disebabkan adanya gangguan proses peradangan dalam tubuh (Autoimmune) didalam Lambung dimana Sistem Imun Tubuh yang menyerang Sel-Sel Lambung sehingga menyebabkan dinding lambung rusak.
Dengan tinggi-nya asam lambung, menyebabkan mudah mengikis dinding lambung yang sudah rusak terlebih dahulu sehingga Maag lebih sering terjadi.
Tipe B lebih disebabkan oleh akftifitas Bakteri H. pylori yang berlebihan hingga menyebabkan infeksi yang luas.
Apabila Aktifitas Bakteri meningkat, akan terjadi peningkatan populasi secara besar-besaran yang akan merusak lapisan pelindung dan membuat dinding lambung lebih terpapar dengan asam lambung.
Tipe C atau disebut juga Maag Reaktif sedikit lebih mirip dengan Maag Akut karena disebabkan adanya sebuah zat kimia yang merusak lapisan pelindung dan dinding lambung.
Perjalanannya sebelum menjadi Maag kronis dapat dimulai dari Maag Akut yang tidak diatasi dengan segera.
Yang paling utama penyebab dari Maag Reaktif ini karena enzim empedu atau pankreas yang masuk ke lambung akibat gangguan proses pencernaan secara keseluruhan. Umumnya terjadi setelah operasi di lambung atau organ pencernaan lainnya.
Selain itu penggunaan Obat-obatan anti nyeri dalam jangka lama (lebih dari 7-14 hari) akan meningkatkan kerusakan lapisan pelindung dan terjadi Maag Reaktif.
Ketiga tipe ini dapat meningkatkan resiko terjadinya Kanker Lambung apabila tidak diatasi dengan segera karena reaksi peradangan terus-menerus pada Lambung menyebabkan Sel Maladaptasi untuk dapat bertahan hidup.
Baca juga: 6 Cara Gampang Mengatasi Maag
KENAPA SERING MAKAN TIDAK BISA MENGATASI MAAG?
Sering makan cuma menutupi gejala maag saja, tetapi kondisi rusaknya lambung akibat maag tidak teratasi sama sekali.
Sering makan tidak mengatasi gejala Maag, tapi justru membuat gejala-nya semakin sering muncul karena:
- Membuat asam lambung terproduksi terus menerus karena harus mencerna makanan yang masuk terus.
- Tidak memberikan waktu untuk lambung istirahat dari proses mencerna jadi proses regenerasi sel terhambat.
- Ikut memberikan makanan untuk bakteri yang jahat apalagi klo makannya sembarangan akan membawa toksin merusak cairan pelindung dan sel lambung.
Baca juga: 5 Penyebab Maag dan Cara Mengatasinya
KENAPA PERLU DETOX UNTUK MENGATASI MAAG?
Paket Detox Level Maag memiliki keunggulan dalam mengatasi maag dengan jitu dan efektif, karena:
- Meningkatkan kemampuan Detoksifikasi Alami tubuh dalam membuang tumpukan toksin yang sudah ada sebelumnya jadi semakin meningkatkan juga kemampuan penyembuhan diri sendiri secara alami.
- Bersifat anti-tumor/cancer sehingga sel-sel yang rusak dicegah semakin rusak dan menjadi sel tumor/cancer tetapi dijaga proses penyembuhannya menjadi sel sehat lagi.
- Bersifat menurunkan rangsangan produksi asam lambung dan membantu sel lambung memproduksi cairan pelindung.
- Beragam vitamin dan mineral dari sayur dan buah bersifat catalyst untuk metabolisme tubuh, sehingga membuat proses metabolisme dan regenerasi sel berjalan sangat efektif dan lancar.
- Mengandung tinggi lemak sehat untuk membuang tumpukan lemak jahat yang masuk di hari-hari sebelumnya sehingga lebih menjaga kesehatan lambung dan juga kadar lemak seluruh tubuh.
- Mengandung tinggi protein nabati yang sehat sehingga membantu proses penyembuhan sel lambung lebih cepat.
HASIL SETELAH RUTIN DETOX MAAG 1 HARI SETIAP MINGGU
Baca cerita Helena Himawan, Maag Kalau Didiamkan Bisa Jadi GERD?
- Capuano E. 2016. The behavior of dietary fiber in the gastrointestinal tract determines its physiological effect. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. DOI: 10.1080/10408398.2016.1180501
- Zhang M. and Yang X. 2016. Effects of a High Fat Diet on Intestinal Microbiota and Gastrointestinal Diseases. World Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3748/wjg.v22.i40.8905
- Saqui-Salces M., et. al. 2012. A High Fat Diet Regulates Gastrin and Acid Secretion Through Primary Cilia. The FASEB Journal. DOI: 10.1096/fj.11-197426
- Little T. J., et. al. 2007. Modulation by High Fat Diets of Gastrointestinal Function and Hormones Associated with the Regulation of Energy Intake: Implications for the Pathophysiology of Obesity. The American Journal of Clinical Nutrition. DOI: 10.1093/ajcn/86.3.531
- Arita S., et. al. 2019. Dietary Fat-Accelerating Leptin Signaling Promotes Protumorigenic Gastric Environment in Mice. Nutrients. DOI: 10.3390/nu11092127
- Laurila A., et. al. 2001. High-Fat, High-Cholesterol Diet Increases the Incidence of Gastritis in LDL Receptor-Negative Mice. Arteriosclerosis Thrombosis and Vascular Biology. DOI: 10.1161/01.ATV.21.6.991
- Kusters J. G., et. al. 2006. Pathogenesis of Helicobacter pylori Infection. Clinical Microbiology Reviews. DO:10.1128/CMR.00054-05
- Kahleova H., et. al. 2014. Eating Two larger Meals a Day (breakfast and lunch) is More Effective then Six Smaller Meals in a Reduced -Energy Regimen for Patients with type 2 Diabetes: a Randomised Crossover Study. Diabetologia. DOI: 10.1007/s00125-014-3253-5
- Liu R. H. 2013. Health-Promoting Components of Fruits and Vegetables in the Diet. Advance Nutrition. DOI: 10.3945/an.112.003517
- Larsson S. C., et. al. 2006. Fruit and Vegetable Consumption and Incidence of Gastric Cancer: a Prospective Study. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention. DOI: 10.1158/1055-9965.EPI-06-0402
- Sethi S. And Richter J. E. 2017. Diet and Gastroesophageal Reflux Disease: Role in Pathogenesis and Management. Current Opinion in Gastroenterology. DOI: 10.1097/MOG.0000000000000337
- Watzl B. 2008. Anti-inflammatory effects of plant-based foods and of their constituents. International Journal for Vitamin and Nutrition Research. DOI: 10.1024/0300-9831.78.6.293
- Abourashed E. A. 2013. Bioavailability of Plant-Derived Antioxidants. Antioxidants. DOI: 10.3390/antiox2040309
- Schaefer B. A., et. al. 2012. Cancer and Related Case Studies Involving Salvestrol and CYP1B1. Journal of Orthomolecular Medicine, 27(3).
- Minalyan A., et. al. 2017. Autoimmune Atrophic Gastritis: Current Perspectives. Clinical and Experimental Gastroenterology. DOI: 10.2147/CEG.S109123
- Khodarahmi M. And Azadbakht L. 2016. Dietary Fat Intake and Functional Dyspepsia. Advanced Biomedical Research. DOI: 10.4103/2277-9175.180988
- Ruiz-Ojeda F. J., et. al. 2019. Effects of Sweeteners on the Gut Microbiota: a Review of Experimental Studies and Clinical Trials. Advance Nutrition. DOI: 10.1093/advances/nmy037
- Di Lorenzo C., et. al. 2016. Evaluation of the Anti-Inflammatory Activity of Raisins (Vitis vinifera L.) in Human Gastric Epithelial Cells: a Comparative Study. International Journal of Molecular Sciences. DOI: 10.3390/ijms17071156
- Surdea-Blaga T., et. al. 2017. Food and Gatroesophageal Reflux Disease. Current Medicinal Chemistry. DOI: 10.2174/0929867324666170515123807
- Fujiwara Y., et. al. 2005. Association Between Dinner-to-Bed Time and Gastro-Esophageal Reflux Disease. American Journal of Gastroenterology. DOI: 10.1111/j.1572-0241.2005.00354.x
- Graves N. C. 2013. Acute Gastroenteritis. Primary Care: Clinics in Office Practice. DOI: 10.1016/j.pop.2013.05.006
- Çela L., et. al. 2013. Lifestyle Characteristics and Gastroesophageal Reflux Disease: a Population-Based Study in Albania. Gastroenterology Research and Practice. DOI: 10.1155/2013/936792
- Mard S. E., et. al. 2014. Dietary Factors in Relation to Helicobacter pylori Infection. Gastroenterology Research and Practice. DOI: 10.1155/2014/826910
- Rastelli M., et. al. 2018. Gut Microbes and Health: a Focus on the Mechanisms Linking Microbes, Obesity, and Related Disorders. Obesity. DOI: 10.1002/oby.22175
- Henning S. M., et. al. 2016. Health Benefit of Vegetable/Fruit Juice-Based Diet: Role of Microbiome. Scientific Reports. DOI: 10.1038/s41598-017-02200-6
- Slavin J. L. And Lloyd B. 2012. Health Benefits of Fruits and Vegetables. Advance Nutrition. DOI: 10.3945/an.112.002154.
- Sipponen P. And Maaroos H. 2015. Chronic Gastritis. Scandinavian Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3109/00365521.2015.1019918
- Wirth H. And Yang M. 2016. Different Pathophysiology of Gastritis in East and West? A Western Perspective. Inflammatory Intestinal Diseases. DOI: 10.1159/000446300
- Singh R. K., et. al. 2017. Influence of Diet on the Gut Microbiome and Implications for Human Health. Journal of Translational Medicine. DOI: 10.1186/s12967-017-1175-y
- Lim S., et. al. 2013. Irregular Meal Timing is Associated with Helicobacter pylori Infection and Gastritis. ISRN Nutrition. DOI: 10.5402/2013/714970
- Wang Y. 2014. Medicinal Plant Activity on Helicobacter pylori Related Disease. World Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3748/wjg.v20.i30.10368
- Watari J. 2014. Helicobacter pylori Associated Chronic Gastritis, Clinical Syndromes, Precancerous Lesions, and Pathogenesis of Gastric Cancer Development. World Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3748/wjg.v20.i18.5461
- Varbanova M., et. al. 2014. Chronic Gastritis - an Update. Best Practice and Research Clinical Gastroenterology. DOI: 10.1016/j.bpg.2014.10.005
- Clemens R., et. al. 2015. Squeezing Fact from Fiction about 100% Fruit Juice. Advance Nutrition. DOI: 10.3945/an.114.007328
- Valdes A. M., et. al. 2018. Role of the Gut Microbiota in Nutrition and Health. BMJ Clinical Research. DOI: 10.1136/bmj.k2179