Cart

Catatan tambahan untuk langganan

Belanja

Cek area pengantaran

Tanggal pengiriman

Catatan tambahan

Disarankan pilih tanggal kirim H-1 Detox, agar bisa mulai sepagi mungkin tanpa menunggu kurir. Cek Area Pengiriman

Mungkin Anda ingin membeli produk rekomendasi kami

Detox Original

Detox Original

Untuk jaga kolesterol dan gula darah normal
Rp 320.000
Detox Maag GERD

Detox Maag GERD

untuk bantu redakan maag, GERD, atau LPR
Rp 320.000
Lihat semua produk
 

Cek area pengantaran

Area Pengiriman

DKI Jakarta Mencakup seluruh wilayah Jakarta
Depok Kecamatan Beji, Cimanggis, Cinere, Cipayung, Limo
Tangerang Kecamatan Batuceper, Benda, Ciledug, Cipondoh, Karang Tengah, Larangan, Pinang
Tangerang Selatan Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong Utara
Bekasi Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara, Jatisampurna, Medan Satria, Pondok Gede, Pondok Melati

Tata cara pesan

img-responsive

Pemesanan

Pesan, bayar, atau perubahan maksimal jam 3 sore untuk pengantaran esok harinya.

img-responsive

Pengantaran

Kurir berangkat setiap jam 7 pagi dengan cooler box dari Jakarta Pusat. Waktu tiba tergantung jumlah antaran, jarak, kemacetan dan cuaca.

img-responsive

Penyimpanan

Simpan jus di kulkas yang dingin. Jus diestimasi tahan 2-3 jam di suhu ruangan atau 2-3 hari dalam kulkas, karena tanpa pengawet.

Aplikasi nakedpress

Sukses Promil Secara Alami

Thu, 09 Jan 2020 · 13 min read · nakedpress team
Promil

TAHUKAH KAMU KALAU TERNYATA...

  1. Sel terbesar dalam tubuh seorang wanita adalah Sel Telur yang matang.
  2. Sel terkecil dalam tubuh seorang wanita adalah Sel Sperma yang masuk ke rahim.
  3. Apabila seorang pria dikatakan cukup subur, maka dia dapat membuat lebih dari 360 wanita hamil dalam satu tahun.

SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai program hamil yang alami, sehat, dan efektif, kita harus mengerti dahulu sistem reproduksi manusia dan organ yang bekerja.

ORGAN REPRODUKSI MANUSIA

Organ reproduksi manusia dibagi sesuai dengan jenis kelamin dan organ reproduksinya.

Sumber: Encyclopaedia Britannica.

  1. Pria
    1. Testis: Berfungsi untuk memproduksi hormon testosterone dan sel sperma.
    2. Kelenjar Prostat: Berfungsi untuk menghasilkan cairan semen.
    3. Penis: Berfungsi untuk penetrasi dan menghantarkan sel sperma masuk ke organ reproduksi wanita.
  2. Wanita
    1. Vagina: Berfungsi sebagai tempat penetrasi Penis dan jalur lahir bayi.
    2. Uterus: Berfungsi sebagai tempat sel telur yang sudah dibuahi tumbuh dan berkembang menjadi janin.
    3. Tuba: Berfungsi sebagai tempat sel telur berjalan dan bertemu dengan sel sperma.
    4. Ovarium: Berfungsi sebagai tempat memproduksi hormon estrogen dan progesteron, serta perkembangan sel telur.

Setiap organ reproduksi tersebut memiliki fungsinya masing-masing dalam menjaga kesehatan reproduksi. Berikut adalah proses organ-organ tersebut hingga tercipta kesehatan reproduksi:

Sistem Reproduksi Pria

Sesuai diatas, organ reproduksi pria yang utama adalah testis, kelenjar prostat, dan penis. Akan tetapi, proses pembentukan sel sperma hanya terjadi di testis. Kelenjar prostat dan penis lebih bertujuan sebagai penghantar sel sperma ke tempat tujuannya, Sel Telur Wanita.

Proses pembentukan sel sperma dimulai dari :

  1. Stimulasi hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)  di otak. 
  2. Hormon tersebut berjalan menuju testis untuk memulai produksi hormon testosteron dan sel sperma.
  3. Dibutuhkan kadar hormon testosteron dan hormon pertumbuhan (HGH) yang optimal selama 72 hari agar produksi sperma benar-benar maksimal.
  4. Pembentukan sel sperma dimulai dari bentuk sel bulat yang disebut Spermatogonium hingga menjadi sel yang berekor yang disebut spermatozoa.

Sumber: Encyclopaedia Britannica.

  1. Sel Sperma akan disimpan di dalam testis, tepatnya di epididymis, hingga waktunya dikeluarkan melalui penis.
  2. Saat ejakulasi, kelenjar prostat akan mengeluarkan cairan semen yang berisi enzim, nutrisi, dan senyawa kimia yang membantu sel sperma melewati vagina, rahim dan akhirnya membuahi sel telur.

Faktor lain yang Pengaruhi Reproduksi Pria

Hormon yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan reproduksi pria adalah hormon testosteron dan hormon pertumbuhan (HGH). 

Hormon testosteron dibentuk langsung di testis setelah mendapatkan stimulasi hormon FSH dan LH dari Otak. Hormon HGH juga diproduksi langsung oleh otak. Keseimbangan kadar hormon-hormon tersebut sangat penting dijaga untuk kesehatan sistem reproduksi pria.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi antara lain:

  1. Kadar hormon insulin. Semakin tinggi kadar hormon insulin, maka semakin rendah juga hormon testeosteron yang diproduksi sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas sel sperma.
    1. Hormon ini pengaruhi oleh kadar gula dalam darah. Tingginya kadar gula dalam darah diakibatkan konsumsi makanan/minuman yang mengandung gula.
  2. Kadar hormon tiroid. Terlalu tinggi atau rendah kadar hormon tiroid, membuat kadar testosteron berfluktuasi. Efek yang paling mudah dirasakan adalah penurunan libido dan disfungsi ereksi.
    1. Hormon ini dipengaruhi oleh kadar mikronutrisi terutama mineral garam dan iodium, serta tumpukan toksin dan radikal bebas. Semuanya dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas nutrisi yang terkandung di makanan.
  3. Kadar hormon kortisol dan adrenalin. Semakin tinggi kedua hormon ini, produksi sel sperma akan ditunda terlebih dahulu hingga kadar hormon tersebut turun dibawah normal.
    1. Hormon ini dipengaruhi oleh kondisi stress yang dialami. Semakin lama pikiran dalam kondisi stress, semakin tinggi kadar hormon ini.
  4. Kadar lemak yang tertumpuk di tubuh. Semakin banyak lemak yang tertumpuk di dalam tubuh, baik di bawah kulit (terlihat) ataupun di pembuluh darah dan organ dalam (tidak terlihat) semakin menurunkan kadar testosteron dan HGH yang beredar jadi secara tidak langsung menurunkan jumlah dari produksi sel sperma.
    1. Hal ini sangat dipengaruhi pola makan, terutama kadar makronutrisi (protein, karbohidrat, dan lemak). 
    2. Apabila ada salah satu dari makronutrisi yang dikonsumsi dalam jumlah berlebih, maka akan diubah menjadi lemak yang ditumpuk didalam tubuh.
  5. Kemampuan detoksifikasi alami. Pola tidur dan makan sangat mengatur kemampuan detoksifikasi alami yang secara langsung ikut mengatur kecepatan produksi sel sperma di testis.
    1. Detoksifikasi alami sangat dipengaruhi dengan pola tidur dan pola makan.
    2. Pola tidur yang berantakan dan tidak berkualitas akan menurunkan kemampuan detoksifikasi alami tubuh.
    3. Pola makan yang tinggi kandungan toksin seperti gorengan, makanan diolah, dan minuman kemasan, akan menurunkan kemampuan detoksifikasi alami tubuh.
  6. Kadar radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak proses produksi hormon dan pembentukan sel sperma.
    1. Radikal bebas didapatkan dari lemak teroksidasi (terkena panas di makanan) dan dari hasil proses metabolisme (seperti setelah olahraga, setelah konsumsi karbohidrat/protein yang tinggi, dsj).
    2. Makanan yang mengandung lemak yang sudah terkena panas saat proses memasak sudah memiliki lemak teroksidasi yang bersifat radikal bebas di tubuh dan merusak banyak hal termasuk proses reproduksi pria.
    3. Proses metabolisme yang tinggi seperti setelah berolahraga berat tanpa istirahat cukup atau makan protein/karbohidrat dalam jumlah tinggi akan meningkatkan kadar radikal bebas di tubuh.
  7. Rutinitas aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti sering aktif bergerak atau rutin olahraga dapat menjaga kadar hormon testosteron dan HGH optimal di tubuh.
    1. Aktivitas fisik yang dibutuhkan tidak perlu berat untuk dapat merangsang produksi testosteron dan HGH.
    2. Aktivitas fisik yang dibutuhkan adalah rutin dan teratur dilakukan, serta diberikan istirahat yang cukup untuk tubuh.
    3. Aktivitas fisik yang terlalu berat atau terlalu sering tanpa istirahat yang cukup untuk tubuh dapat meningkatkan kadar radikal bebas yang lebih merusak daripada manfaat olahraganya.
  8. Kadar mikronutrisi di tubuh. Vitamin, mineral, dan phytonutrisi berfungsi untuk menjaga proses produksi hormon dan pembentukan sel sperma tetap berjalan lancar dan terhindar dari kerusakan radikal bebas dan toksin lainnya.
    1. Kadar mikronutrisi sangat dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsi.
    2. Makanan dari Tanaman lebih tinggi mikronutrisi dibandingkan dari hewani.
    3. Apabila dalam porsi sehari-hari lebih banyak sayuran daripada protein hewani, maka asupan mikronutrisinya lebih banyak.

      Sistem Reproduksi Wanita

      Proses reproduksi wanita lebih kompleks daripada pria. Terdapat 2 fase dalam prosesnya yang ditandai dengan menstruasi di fase kedua apabila sel telur tidak/gagal dibuahi.


      Sumber: Encyclopaedia Britannica.
      https://www.britannica.com/science/menstrual-cycle

       

      Hampir serupa dengan pria, hormon utama yang berperan didalam reproduksi wanita antara lain FSH, LH, Estrogen, dan Progesteron. Di dalam fase-fase tersebut, kadar hormon yang dibutuhkan sangat spesifik di saat-saat tertentu saja.

      1. Fase Folikuler.
        1. Fase ini adalah fase pembentukan sel telur matang dan peluruhan dinding rahim yang terbentuk di fase luteal sebelumnya. Fase ini bisa kita kenali dengan hari pertama menstruasi.
        2. Hormon yang paling dibutuhkan pada fase ini adalah FSH untuk menstimulasi sel folikel berkembang menjadi sel telur matang.
        3. Disusul dengan hormon estrogen yang membantu proses pematangan tersebut sekaligus menstimulasi pertumbuhan dinding rahim untuk siap ditempati sel telur yang berhasil dibuahi.
        4. Peningkatan kadar estrogen memberikan sinyal ke otak untuk menurunkan kadar FSH dan meningkatkan kadar LH untuk proses final dalam pematangan sel telur.
        5. Pada fase ini hormon progesteron tidak boleh ada atau harus sangat minimal kadarnya.
      2. Fase Luteal
        1. Fase ini adalah saat sel telur telah matang dan menuju ke tuba. Kita kenali fase ini dengan masa subur. Pada awal fase ini kadar estrogen turun drastis dari fase sebelumnya.
        2. Saat kadar LH telah tinggi maksimal, sel telur telah matang dan keluar dari kantung folikelnya (corpus luteum) menuju tuba.
        3. Corpus luteum akan memicu produksi progesteron untuk meningkatkan penebalan dinding rahim untuk siap ditempati sel telur yang berhasil dibuahi.
        4. Apabila sel telur tidak berhasil dibuahi:
          1. hormon estrogen ikut meningkat untuk menstimulasi siklus akhir corpus luteum menjadi mati.
          2. Saat corpus luteum mendekati akhir siklus hidupnya, hormon progesteron dan estrogen menurun kadarnya dan menstimulasi dinding rahim untuk meluruh.
          3. Peluruhan dinding rahim merangsang hormon FSH naik dan terjadilah hari pertama menstruasi berikutnya.
        5. Apabila sel telur berhasil dibuahi:
          1. Hormon estrogen ikut meningkat untuk membantu mempertahankan corpus luteum tetap memproduksi progesteron untuk menguatkan dinding rahim.
          2. Corpus luteum akan bertahan dalam indung telur hingga 7-9 minggu trimester awal atau hingga janin sudah cukup kuat melekat di rahim.
          3. Setelah itu corpus luteum akan mendekati akhir siklus hidupnya, dan terjadi penurunan hormon progesteron.

            Pembentukan dari sel telur terjadi di fase folikuler. Sebenarnya yang terbentuk bukan hanya sel telur saja, tetapi juga corpus luteum yang fungsinya juga untuk membantu dalam proses kehamilan.


            Sumber: Encyclopaedia Britannica.

            Idealnya, folikel tumbuh menjadi sel telur yang matang kemudian sel telurnya keluar dari kantung folikel. Kantong folikelnya menjadi corpus luteum yang secara bertahap akan mati, lamanya tergantung dari apakah sel telur berhasil atau tidak dibuahi.

            Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu seperti kista ovarium dan PCOS, proses tersebut terganggu. Contoh pada PCOS, folikel tidak berhasil menjadi sel telur yang matang dan hanya menjadi folikel-folikel yang menumpuk dan menjadi kista.

            Baca juga: Hindari 5 Hal Ini Biar Sukses Program Hamil

            Faktor lain yang Pengaruhi Reproduksi Wanita

            Supaya proses dan kesehatan reproduksi wanita tetap terjaga, kita perlu ketahui apa saja yang dapat mempengaruhinya. Hampir serupa dengan reproduksi pria, namun ada perbedaan efek antara lain:

            1. Kadar hormon insulin. Semakin tinggi kadar hormon insulin,semakin rendah juga hormon estrogen yang ada sehingga menggangu proses fase folikuler dan luteal.
              1. Hormon ini pengaruhi oleh kadar gula dalam darah. Tingginya kadar gula dalam darah diakibatkan konsumsi makanan/minuman yang mengandung gula.
              2. Tingginya hormon insulin juga meningkatkan resiko terjadinya PCOS dan kista ovarium.
            2. Kadar hormon tiroid. Terlalu tinggi atau rendah kadar hormon tiroid, membuat kadar estrogen dan progesteron berubah-ubah. Efek yang paling mudah dirasakan adalah jadwal menstruasi yang tidak teratur.
              1. Hormon ini dipengaruhi oleh kadar mikronutrisi terutama mineral garam dan iodium, serta tumpukan toksin dan radikal bebas. Semuanya dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas nutrisi yang terkandung di makanan.
            3. Kadar hormon kortisol dan adrenalin. Semakin tinggi kedua hormon ini, semakin tinggi juga hormon estrogen sehingga mengganggu proses pematangan sel telur, masa subur dan fase luteal.
              1. Hormon ini dipengaruhi oleh kondisi stress yang dialami. Semakin lama pikiran dalam kondisi stress, semakin tinggi kadar hormon ini.
            4. Kadar lemak yang tertumpuk di tubuh. Semakin banyak lemak yang tertumpuk di dalam tubuh, baik di bawah kulit (terlihat) ataupun di pembuluh darah dan organ dalam (tidak terlihat) semakin meningkatkan kadar estrogen diluar fase yang seharusnya.
              1. Hal ini sangat dipengaruhi pola makan, terutama kadar makronutrisi (protein, karbohidrat, dan lemak). 
              2. Apabila ada salah satu dari makronutrisi yang dikonsumsi dalam jumlah berlebih, maka akan diubah menjadi lemak yang ditumpuk didalam tubuh.
            5. Kemampuan detoksifikasi alami. Pola tidur dan makan sangat mengatur kemampuan detoksifikasi alami yang secara langsung ikut mengatur hasil proses pematangan sel telur dan kekuatan dinding rahim.
              1. Detoksifikasi alami sangat dipengaruhi dengan pola tidur dan pola makan.
              2. Pola tidur yang berantakan dan tidak berkualitas akan menurunkan kemampuan detoksifikasi alami tubuh.
              3. Pola makan yang tinggi kandungan toksin seperti gorengan, makanan diolah, dan minuman kemasan, akan menurunkan kemampuan detoksifikasi alami tubuh.
            6. Kadar radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak proses produksi hormon, proses pematangan sel telur, dan penebalan dinding rahim. Selain itu juga meningkatkan rasa sakit yang terjadi saat menstruasi.
              1. Radikal bebas didapatkan dari lemak teroksidasi (terkena panas di makanan) dan dari hasil proses metabolisme (seperti setelah olahraga, setelah konsumsi karbohidrat/protein yang tinggi, dsj).
              2. Makanan yang mengandung lemak yang sudah terkena panas saat proses memasak sudah memiliki lemak teroksidasi yang bersifat radikal bebas di tubuh dan merusak banyak hal termasuk proses reproduksi pria.
              3. Proses metabolisme yang tinggi seperti setelah berolahraga berat tanpa istirahat cukup atau makan protein/karbohidrat dalam jumlah tinggi akan meningkatkan kadar radikal bebas di tubuh.
            7. Rutinitas aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti sering aktif bergerak atau rutin olahraga dapat menjaga kadar hormon estrogen dan progesteron seimbang di tubuh.
              1. Aktivitas fisik yang dibutuhkan tidak perlu berat.
              2. Aktivitas fisik yang dibutuhkan adalah rutin dan teratur dilakukan, serta diberikan istirahat yang cukup untuk tubuh.
              3. Aktivitas fisik yang terlalu berat atau terlalu sering tanpa istirahat yang cukup untuk tubuh dapat meningkatkan kadar radikal bebas yang lebih merusak daripada manfaat olahraganya.
            8. Kadar mikronutrisi di tubuh. Vitamin, mineral, dan phytonutrisi berfungsi untuk menjaga proses produksi hormon dan pembentukan sel telur tetap berjalan lancar dan terhindar dari kerusakan radikal bebas dan toksin lainnya.
              1. Kadar mikronutrisi sangat dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsi.
              2. Makanan dari Tanaman lebih tinggi mikronutrisi dibandingkan dari hewani.
              3. Apabila dalam porsi sehari-hari lebih banyak sayuran daripada protein hewani, maka asupan mikronutrisinya lebih banyak.
            9. Keseimbangan bakteri vagina-rahim dan sistem imun di dalamnya. Bakteri dan sistem imun di vagina dan rahim kut serta dalam mempengaruhi keberhasilan sel sperma masuk dan bertemu dengan sel telur.
              1. Bakteri vagina dan rahim sangat bermanfaat untuk menjaga serangan mikroorganisme seperti virus HIV atau HPV selama aktivitas bakterinya masih seimbang.
              2. Bakteri vagina dan rahim yang terlalu aktif akan mematikan banyak sel sperma yang masuk sebelum sempat bertemu dengan sel telur.
              3. Begitu juga sistem imun yang terlalu aktif akan menimbulkan reaksi alergi terhadap sel sperma dan mematikan sel sperma sebelum sempat bertemu dengan sel telur.
              4. Bakteri vagina dan rahim mendapatkan nutrisi tambahan dari tubuh yaitu kadar gula yang beredar. Semakin tinggi kadar gula dalam tubuh, semakin banyak makanan untuk bakteri, semakin aktif juga mereka di vagina dan rahim.
              5. Kadar radikal bebas, gula, dan lemak teroksidasi sangat mempengaruhi kinerja sistem imun secara menyeluruh, termasuk di vagina dan rahim. Semakin tinggi kadar 3 hal tersebut, semakin aktif juga sistem imun di dalam tubuh sehingga memudahkan terjadinya reaksi peradangan yang berlebihan seperti reaksi alergi atau autoimun terhadap sel sperma.

            ORGAN LAIN YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI MANUSIA

            Sebenarnya seluruh tubuh manusia adalah sistem reproduksi untuk manusia. Apabila kita kembali ke dasar, tujuan manusia untuk makan, minum, dan bergerak adalah agar dapat berkembang biak dengan baik dan menjaga kelestarian spesies manusia.

            Sehingga kita perlu sadari bahwa kesehatan reproduksi tidak hanya dengan menjaga organ reproduksi tetapi juga dengan menjaga seluruh sistem yang ada didalam tubuh manusia.

            Sistem dan organ lain yang sangat penting untuk dijaga dan sangat berperan dalam reproduksi antara lain:

            1. Liver.
              1. Organ liver melakukan proses detoksifikasi alami secara mandiri untuk menjaga kebersihan seluruh organ tubuh manusia.
              2. Organ liver juga menjaga banyak proses metabolisme dalam tubuh, apabila terjadi kegagalan dalam organ liver maka akan terjadi:
                1. Disfungsi ereksi, hypogonadism, penurunan libido pria.
                2. Gangguan menstruasi.
                3. Penyebaran toksin ke seluruh tubuh, termasuk ke organ reproduksi.
              3. Saat liver sudah terganggu kerjanya, akan sangat banyak organ lain yang ikut terganggu, dan sudah tentu reproduksi bukan lagi menjadi prioritas utama apabila liver telah rusak.
            2. Ginjal.
              1. Organ ginjal menyaring semua kotoran yang telah dipecah-pecah oleh liver untuk dibuang keluar. Ginjal juga menyuling cairan yang beredar dalam tubuh, termasuk yang mengalir ke organ reproduksi.
              2. Organ ginjal yang terganggu akan mengakibatkan:
                1. Terjadinya varikokel akibat penumpukan cairan di testis.
                2. Kelainan bentuk sel sperma akibat ketidakseimbangan elektrolit dan mineral tubuh.
                3. Kegagalan folikel menjadi sel telur yang matang akibat ketidakseimbangan mineral dan nutrisi penting di tubuh.
            3. Paru-Paru.
              1. Organ paru-paru yang dianggap tidak mempengaruhi organ reproduksi memiliki peran menjaga kadar oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen di dalam tubuh. Ketiga gas tersebut sangat mempengaruhi fungsi kerja setiap organ tubuh, termasuk organ reproduksi.
              2. Gangguan fungsi paru akan mengakibatkan:
                1. Terlalu tinggi oksigen dalam tubuh (Hyperoxia).
                2. Terlalu tinggi kadar karbon dioksida dalam tubuh (Hipoxia Cellular).
                3. Terlalu rendah kadar nitrogen dalam tubuh (kerusakan jaringan dan lambat proses regenerasi sel).
              3. Salah satu dari tiga hal diatas terjadi, tubuh tidak akan memprioritaskan proses reproduksi melainkan berusaha memperbaiki keadaan di atas dahulu. Apabila terjadinya sering dan cukup lama, maka keadaan reproduksinya pun semakin terhambat.
            4. Organ pencernaan.
              1. Organ pencernaan berperan dalam:
                1. Menyerap semua nutrisi yang dibutuhkan organ reproduksi.
                2. Menjaga keseimbangan bakteri usus yang membantu mencegah toksin terserap ke dalam tubuh, serta menjaga sistem imun tetap aktif tetapi tidak hiperaktif.
                3. Apabila terjadi malnutrisi atau tubuh kekurangan sebagian dari nutrisi yang dibutuhkan maka organ reproduksi tidak bisa memproduksi sel telur dan sel sperma dengan maksimal.
                4. Bakteri usus juga ikut memberikan nutrisi tambahan seperti vitamin B12, neurotransmitter yang sangat bermanfaat dalam proses pematangan sel telur dan sel sperma.

              FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI

              Terdapat juga berbagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi manusia. Hal ini banyak sekali kita temukan dalam keseharian kita, antara lain:

              1. Polusi Udara seperti asap rokok dan kendaraan. Partikel kimia yang terdapat didalam asap rokok, baik perokok aktif ataupun pasif, akan masuk dan beredar dalam darah yang akhirnya akan merusak organ reproduksi.
              2. Bahan kimia seperti merkuri, paraben, atau sejenisnya yang terdapat pada bahan kosmetik atau skin care dapat masuk dan ikut beredar dalam darah yang juga akan merusak organ reproduksi.
              3. Kandungan Makanan dan Minuman:
                1. Kandungan zat kimia seperti pengawet, perasa buatan, atau pemanis buatan dapat mengganggu dan merusak sel sperma dan sel telur. Belum lagi juga mengganggu produksi hormon yang akan menstimulasi pertumbuhan sel.
                2. Kandungan karbohidrat, protein, dan lemak yang tinggi dikonsumsi akan membuat penumpukan sel lemak di dalam tubuh meningkat yang akhirnya menyebabkan perubahan keseimbangan keseimbangan hormon reproduksi.
                3. Lemak makanan yang sudah terkena panas akan menciptakan tumpukan radikal bebas dan toksin didalam tubuh.
                4. Kadar gula yang tinggi dikonsumsi menurunkan produksi hormon reproduksi karena terjadi peningkatan hormon insulin.
                5. Kandungan Vitamin dan Mineral yang lengkap dan seimbang seperti dibawah ini akan secara langsung meningkatkan dan menjaga proses reproduksi baik di Pria dan Wanita:
                • Zinc, Magnesium, Kalium.
                • Vitamin A, B kompleks, C, D, dan E.
                • Phytonutrisi seperti polyphenols, carotenoids, isoflavones, alkaloids, dan nitrogen-containing compound.
                • Hampir seluruhnya banyak di makanan jenis tanaman daripada hewani.
                1. Silbernagl S. and Despopoulus A. 2009. Color Atlas of Physiology 6th Edition. Thieme: New York.
                2. Silbernagl S. and Lang F. 2016. Color Atlas of Pathophysiology 3th Edition. Thieme: New York.
                3. Watson R. S., ed. 2015. Handbook of Fertility Nutrition, Diet, Lifestyle, and Reproductive Health. Elsevier: USA.
                4. Azziz R., et. al. 2008. The Androgen Excess and PCOS Society Criteria for the Polycystic Ovary Syndrome: the Complete Task Force Report. Fertil Steril. DOI: 10.1016/j.fertnstert.2008.06.035.
                5. Tetel M. J., et. al. 2018. Steroids, Stress and the Gut Microbiome-Brain Axis. Journal of Neuroendocrinology. DOI: 10.1111/jne.12548.
                6. Zhang H. and Sairam M. R. 2014. Sex Hormone Imbalances and Adipose Tissue Dysfunction Impacting on Metabolic Syndrome a Paradigm for the Discovery of Novel Adipokines. Hormone Molecular Biology and Clinical Investigation. DOI: 10.1515/hmbci-2014-0002.
                7. Shin J., et. al. 2019. Serum Level of Sex Steroid Hormone is Associated with Diversity and Profiles of Human Gut Microbiome. Research in Microbiology. DOI: 10.1016/j.resmic.2019.03.003.
                8. Seth B., et. al. 2013. Association of Obesity with Hormonal Imbalance in INfertility: A Cross-Sectional Study in North Indian Women. Indian Journal of Clinical Biochemistry. DOI: 10.1007/s12291-013-0301-8.
                9. Pillon N. J. and Soulage C. O. 2012. Lipid Peroxidation by-Products and the Metabolic Syndrome. Lipid Peroxidation. DOI: 10.5772/46019.
                10. Diamanti-Kandarakis E., et. al. 2017. Nutrition as a Mediator of Oxidative Stress in Metabolic and Reproductive Disorders in Women. European Journal of Endocrinology. DOI: 10.1530/EJE-16-0616
                11. Hosseini B. and Eslamian G. 2014. Association of Dietary Factors with Male and Female Infertility: Review of Current Evidence. Thrita. DOI: 10.5812/thrita.20953
                12. Rybaczyk L. A., et. al. 2005. An overlooked connection: Serotonergic mediation of estrogen-related physiology and pathology. BMC Women’s Health. DOI: 10.1186/1472-6874-5-12
                13. Venkatalakshmi P., et. al. 2016. Role of Phytochemicals as Immunomodulatory Agents: A Review. International Journal of Green Pharmacy. DOI: 10.22377/ijgp.v10i1.600
                14. Allen N. E. and Key T. J. 2000. The Effects of Diet on Circulating Sex Hormone Levels in Men. Nutrition Research Reviews. DOI: 10.1079/095442200108729052
                15. Brown L. M., et. al. 2010. Metabolic Impact of Sex Hormones on Obesity. Brain Research. DOI: 10.1016/j.brainres.2010.04.056
                16. Slavin J. L. and Lloyd B. 2012. Health Benefits of Fruits and Vegetables. Advances in Nutrition. DOI: 10.3945/an.112.002154.
                17. Butalla A. C., et. al. 2013. Effects of a Carrot Juice Intervention on Plasma Carotenoids, Oxidative Stress, and Inflammation in Overweight Breast Cancer Survivors. Nutrition and Cancer. DOI: 10.1080/01635581.2012.650779
                18. Panth N., et. al. 2018. The Influence of Diet on Fertility and the Implications for Public Health Nutrition in the United States. Frontiers in Public Health. DOI: 10.3389/fpubh.2018.00211
                Share:

                Download aplikasi nakedpress
                Sekarang beli nakedpress jadi lebih praktis